Hillary Mendadak ke Baghdad

Apr 28, 2009
Sabtu, 25 April 2009 | 15:16 WIB

BAGHDAD, KOMPAS.com — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton, Sabtu (25/4), tiba di Baghdad dalam kunjungan mendadak yang terjadi pada saat gelombang kekerasan melanda negara yang beberapa pekan lagi akan ditinggalkan tentara AS itu.

Hillary mendarat di ibu kota Irak sekitar pukul 08:30 waktu setempat, sehari setelah dua penyerang bunuh diri menewaskan 55 peziarah Syiah di suatu masjid di kota itu. Kunjungan tersebut juga terjadi lebih kurang 48 jam setelah serangan serupa menewaskan puluhan orang di bagian utara kota tersebut.

Hillary mengatakan, dia akan menganalisis situasi keamanan di tengah-tengah pengeboman-pengeboman yang menewaskan lebih dari 250 orang dalam bulan ini dan pada saat pasukan AS mulai ditarik mundur dari kota-kota besar dan kecil di seluruh negeri.

"Saya akan mengadakan pertemuan dengan Jenderal Ray Odiermo, dan saya juga ingin mendengarkan masukan dari tangan pertama," kata Hillary merujuk pada perwira senior militer AS di Irak itu. Ia juga mencatat serangan-serangan bunuh diri yang menelan banyak korban pada Kamis dan Jumat.

"Saya ingin mengevaluasi jenis-jenis dari penolakan upaya-upaya itu dan apa yang bisa dilakukan untuk mencegah mereka melakukan serangan terhadap Pemerintah AS dan pasukan AS," katanya kepada para wartawan yang bersamanya dari Kuwait.

Menlu Hillary dijadwalkan akan bertemu dengan Perdana Menteri Nuri al-Maliki, Presiden Jalal Talabani, pejabat-pejabat senior lain, dan perwakilan khusus Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Irak, Staffan de Mistura.

Kedatangan Hillary terjadi beberapa jam setelah Duta Besar AS yang baru untuk Irak, Christopher Hill, mendarat di Baghdad untuk menempati posnya. "Kami ingin menunjukkan dan memperkuat keberlanjutan komitmen kita kepada rakyat Irak dan untuk stabilitas, keamanan, serta kemandirian Irak," kata Hillary mengenai kunjungan keempatnya ke Irak, tetapi untuk pertama kalinya sebagai Menlu.

Pemerintah Irak telah lama mencatat bahwa peningkatan serangan-serangan belakangan ini sangat disesalkan. Namun, serangan-serangan itu tidak bisa disejajarkan dengan aksi kerusuhan yang membawa negara ini ke kancah perang sipil pada tahun 2006.

"Pemboman-pemboman bunuh diri yang menelan banyak korban dan mengerikan dalam merenggut nyawa manusia dan mereka yang cedera merupakan cara yang tragis, suatu tanda bahwa para penolak (kepergian tentara AS) khawatir bahwa Irak sedang mengarah pada tujuan yang benar," katanya.

Pasukan AS akan ditarik dari kota-kota besar dan kecil di Irak pada akhir Juni, berdasarkan perjanjian yang ditandatangani antara Washington dan Baghdad pada November tahun lalu. Kunjungan Hillary juga terjadi dua pekan setelah Presiden Barack Obama berkunjung ke Baghdad, dan memperingatkan bahwa pada 18 bulan mendatang Irak akan memasuki masa kritis.

Pada Februari lalu, Obama mengumumkan strategi baru yang menginginkan sebagian besar pasukan tempurnya ditarik dari Irak pada Agustus 2010, meskipun sekitar 50.000 tentara masih akan berada di sana sampai akhir tahun berikutnya.

Aksi kekerasan telah turun tajam sejak kelompok Sahwa, yang kebanyakan bekas pemberontak Sunni, bersekutu dengan pasukan AS untuk melawan Al Qaeda pada akhir tahun 2006, ketika banyak tentara AS disebarkan di negara itu berdasarkan strategi mantan presiden George W Bush.

0 comments:

Post a Comment